Apakahbenar yang saya lihat di youtube, ada ustadz yang mengatakan kedua orang tua Nabi Muhammad SAW masuk neraka karena meninggal dalam keadaan kafir? DKM Menjawab: Waalaikumsalam wr wb, Bismillahirrahmanirrahim Semoga hidayah Allah senantiasa dicurahkan pada kita semua yang selalu berusaha menjaga kehormatan garis keturunan Rasulullah SAW.
Foto pixabay. Hukum pacaran jarak jauh dalam Islam adalah haram karena tetap mengarah pada kemaksiatan. Gaya pacaran ini dilarang meskipun hanya berkomunikasi via chat ataupun media sosial. Larangan pacaran dalam Islam telah tercantum dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 34. Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina
Menurut kami, yang rajih ialah hadits riwayat Khalid bin Yazid, karena Ibnu Wahb mendengarkan hadits Ibnu Lahi'ah terdahulu (sebelum hafalannya berubah rusak, pen). Barangsiapa yang mendengar darinya (Ibnu Lahi'ah) terdahulu, maka dia lebih diutamakan (untuk diterima), karena ia mukhthalath [4] pada akhir hidupnya." pada akhir hidupnya."
Diridan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas." Pada hadits yang lain beliau bersabda; 'Siapa yang merampas hak orang Islam dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkannya masuk surga.
Kemudiandiperintahkan (Malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka". (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, Sahih) Penyebab ketiga golongan muslin itu masuk neraka ternyata karena amal yang dilandasi Riya'. Kelihatannya sepele, tetapi Riya menyebabkan orang-orang yang berilmu dan punya harta dimasukkan ke
Diamenjawab, "Aku lebih mengetahui [tentang hal itu] daripada engkau, wahai Abu Syuraih! Sesungguhnya Mekah (dalam satu riwayat: Tanah Haram) tidak melindungi orang yang durhaka, orang yang lari karena kasus darah (membunuh), dan orang yang lari karena merusak agama." Abu Abdillah berkata, "Al-khurbah ialah merusak agama." (5/95)
. Tidak hanya anak yang bisa durhaka pada orang tua. Tapi, bisa juga berlaku sebaliknya, bahwa ada orang tua yang durhaka kepada anak, jika melakukan perilaku yang termasuk dosa orang tua terhadap anak yang dibenci Allah satu yang kadang tidak terasa adalah dengan menyia-nyiakan keberadaan anak yang sudah menjadi tanggung jawab bagi orang sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabdaكَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya,” HR An-Nasa’i dan Al-Hakim.Menyia-nyiakan anak yang paling parah adalah membiarkannya begitu saja tanpa diberikan pendidikan dan tidak mengajarkannya adab menjadi orang tua yang baik tidak hanya dengan memberikan kebutuhan sandang dan pangan serta rumah lebih dari itu, ada tanggung jawab moral yang besar untuk memberikan pendidikan yang Juga 5 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Anak, Bahaya!Kewajiban Orang Tua Terhadap AnakFoto Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Foto Orami Photo StockDalam Islam, orang tua diberi tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anaknya dengan anak lahir dalam keadaan yang belum mengetahui apa-apa dan tugas besar menanti para orang tua untuk membimbing anak-anaknya dengan Alquran Allah SWT berfirmanيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” QS At Tahrim 6.Ayat ini menekankan bahwa pembinaan dan pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang Rasulullah SAW memberi tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada orang ini berdasarkan hadis dari Ibnu radhiallahu anhu yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabdaكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” HR Bukhari.Hadis ini menunjukkan bahwa kelak orang tua akan diminta tanggung jawab atas tidak bisa dialihkan begitu saja kepada orang lain misalkan kakek nenek, saudara atau bahkan penitipan saat terdapat kesalahan saat mendidik anak, hal tersebut sudah termasuk ke dalam dosa orang tua terhadap orang lain dalam hal ini sekolah hanya membantu transfer ilmu, karena sejatinya hal tersebut harus berada di bawah pengawasan orang Juga Moms dan Dads Wajib Tahu, Ini Dia 5 Manfaat Disiplin bagi AnakKewajiban Orang Tua Mendidik AnakFoto kewajiban orang tua dalam pendidikan anak penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik yang dikelurkan oleh Universitas Medan Area, setiap orang tua harus memiliki persepsi bahwa dalam mewujudkan kepribadian dan pendidikan anak, kedua orang tua harus lebih terlibat di yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya merupakan pendidikan yang akan selalu berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian anak, dan bukan hanya dalam pemenuhan materi hanya itu, orang tua juga bertanggung jawab untuk memikirkan dan mengusahakan dalam menciptakan hubungan antara orang tua dengan anak yang baik dan itu juga penting untuk menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga yang selalu terpelihara dengan orang tua memiliki persepsi seperti itu, diharapkan akan tumbuh generasi yang mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang dari itu, anak-anak akan tumbuh dengan semangat pantang menyerah, serta akan menambah jumlah mutu pendidikan yang baik. Ada banyak tanggung jawab orang tua terhadap anak yang intinya adalah selama kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang dari segi fisik, emosional, pengetahuan dan juga rohaninya terpenuhi dengan baik, berarti orang tua telah menunaikan Juga 7+ Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Islam, Apa Saja?Dosa Orang Tua Terhadap AnakFoto Dosa Orang Tua Terhadap Anak -2 Foto Orami Photo StockAnak dituntut untuk tidak durhaka terhadap orang tua. Sebab, rida Allah SWT berasal dari rida orang tua. Namun, siapa sangka bahwa terdapat dosa orang tua terhadap anak juga yang dibenci Allah ini adalah beberapa dosa orang tua terhadap anak yang harus Bersikap KasarBersikap kasar pada anak adalah salah satu dosa orang tua kepada anak yang paling dibenci oleh Allah menemukan perilaku anak yang tidak disukai, jangan tunjukkan sikap kasar. Hendaknya nasihatilah dengan lembut dan tetap penuh kasih Rasulullah SAW juga melarang berperilaku kasar pada anak apalagi sampai menghina dengan sebutan yang buruk dan memanggil nama yang tidak sesuai dengan nama anak jadi hal tersebut membuat anak terluka dan merasa sakit Pilih Kasih terhadap Anak-anakOrang tua yang memiliki anak lebih dari satu sangat tidak dianjurkan untuk menunjukkan rasa pilih tidak diperbolehkan menunjukkan rasa kasih sayang berlebih hanya pada 1 atau beberapa orang dengan tidak memberi perhatian yang sama pada yang termasuk dosa orang tua terhadap anak yang besar, karena dapat menyebabkan kecemburuan pada Rasulullah SAW saja memerintahkan untuk berlaku adil, apalagi pada anak. Ini juga bisa berpotensi putusnya tali silaturahmi antar sesama Membanding-bandingkanMeski terkesan sepele, nyatanya membandingkan anak termasuk dosa orang tua terhadap tidak ada seorang pun yang ingin dibandingkan, baik dengan saudaranya sendiri bahkan jika harus dibandingkan dengan orang tersebut akan menimbulkan perasaan rendah diri pada anak. Dirinya akan tumbuh menjadi orang yang tidak percaya diri dan merasa tidak mampu melakukan tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, bahkan pada anak kembar sekali Juga Pertengkaran Orang Tua dan Dampaknya Terhadap Psikologi Anak4. Mengekang KebebasanMembiarkan anak bermain adalah salah satu hal yang sangat penting dalam masa pengenalan juga akan mendukung masa tumbuh kembangnya secara optimal. Membatasi dengan mengekang kebebasannya termasuk dalam dosa orang tua terhadap adalah hak setiap anak. Daripada dikekang, alangkah lebih baiknya untuk memberikan arahan, menunjukkan mana yang baik dan buruk, serta hal-hal yang diperbolehkan atau akan memberikan anak kesempatan untuk belajar dan juga mengekspresikan diri dengan Mendoakan KeburukanBerdoa bukan hanya di setiap selesai mengerjakan ibadah saja, bahkan setiap ucapan yang keluar dari mulut orang tua semuanya bisa dikatakan sebagai orang tua tidak sadar mendoakan keburukan pada anak apalagi saat anak tidak menurut atau berkelakukan tidak pentingnya menjaga lisan. Apalagi saat berubah status sebagai orang tua terlebih ibu, apa yang diucapkan dari mulut bisa menjadi doa dan lebih mudah untuk baiknya saat marah, menarik waktu untuk sendiri daripada mengomel dan malah mendoakan keburukan bagi Juga 10 Daftar Sekolah Montessori Jakarta Unggulan untuk Asah Potensi Si Kecil6. Tidak Memberi PendidikanSalah satu tanggung jawab orang tua kepada anak adalah memberikan pendidikan yang layak. Sebab, anak harus tumbuh dengan mendapatkan baik sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada melulu memenuhi keinginan fisik, kebutuhan otak dan hatinya pun harus pendidikan juga tidak dibatasi dengan memasukannya ke sekolah. Saat berada di rumah pun, orang tua harus memberi contoh dan belajar bersama meski merasa sangat memberi pendidikan yang layak, orang tua telah bertanggung jawab mempersiapkan masa depan mengetahui dosa orang tua terhadap anak ini diharapkan para orang tua dapat menghindarinya dan dapat memenuhi kewajibannya tersebut dengan Moms dan Dads terhindar menjadi orang tua yang durhaka kepada anak, ya dengan selalu memberikan kasih sayang serta penuhi kewajiban yang perlu ditunaikan sebagai orang tua.
August 15, 2018 Mutiara Salaf 1,415 ViewsSUNGGUH ORANG TUA TIDAK AKAN MASUK SURGA !? Dari al-Hasan radhiallahu anhu dia berkata أَتَتْ عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْAda seorang nenek tua mendatangi Nabi shalallahu alaihi wasallam. Nenek itu pun berkata يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَWahai Rasulullah Berdoalah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam surga.? Maka beliau shalallahu alaihi wasallam mengatakan يَا أُمَّ فُلاَنٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ.“Wahai Ibunya fulan sesungguhnya surga tidak akan dimasuki oleh nenek tua.”فَوَلَّتْ تَبْكِيWanita tua itu pun pergi sambil menangis.? Kemudian beliau pun mengatakan أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لاَ تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى“Sampaikanlah kepadanya bahwa wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam kondisi sebagai nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا عُرُبًا أَتْرَابًا“Sesungguhnya kami menciptakan mereka para bidadari dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” Qs. Al-Waqi’ah 35-37__________________? HR. at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani menilainya sebagai hadits hasan dalam ash-Shahiihah no. Orang Tua Menuju Surga, Nenek Tua Tidak Ada yang Masuk Surga,orang tua masuk surga karena anaknya orang tua masuk surga karena doa anak cara anak perempuan membawa orang tua ke surga kisah orang tua masuk surga karena anaknya anak bisa menyebabkan orang tua masuk neraka apakah anak bisa membawa orang tua ke surga kisah anak yang menyelamatkan orang tuanya dari neraka agar orang tua kita masuk surga Check Also Perbaikilah Hidupmu Saat Malam Lailatul Qadr Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, يا من ضاع عمره في لا شيء، استدرك … Penyebab Kerasnya Hati Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah berkata الإكثار من الكلام الذي لا حاجة إليه يُوجب قساوةَ …
Masuk surga bisa bersama orang tua kita yang beriman, bahkan kalau anak kurang dalam beramal, keshalihan orang tua akan mengangkat anaknya. Ingat, asalkan beriman dan bertauhid. Allah Ta’ala berfirman, وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚكُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” QS. Ath-Thuur 21 Karena Iman dan Keshalihan Orang Tua Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa di antara kesempurnaan kenikmatan bagi penduduk surga, Allah menghubungkan antara keturunan yang beriman dengan orang tua mereka. Anak-anak tersebut akan dihubungkan dengan orang tuanya dalam keimanan walaupun keimanan anak-anak tersebut kurang, pen.. Lebih-lebih jika anak-anak tersebut memiliki iman yang lebih, tentu akan lebih selamat. Allah akan mengangkat derajat anak-anak tadi sederajat dengan orang tua mereka, walaupun keimanan mereka tidak bisa menggapai orang tuanya. Itulah balasan untuk orang tua mereka, sebagai karunia juga untuk orang tua mereka. Namun hal tersebut tidaklah membuat Allah mengurangi pahala amalan orang tua mereka. Demikian penjelasan Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya, Taisir Al-Karim Ar-Rahman atau disebut pula Tafsir As-Sa’di. Apa yang Dimaksud Anak Mengikuti dalam Iman? Disebutkan dalam Tafsir Ath-Thabari dalam sebagian penjelasannya, yang dimaksud adalah mengikuti di atas tauhid dalam beriman. Bagaimana Jika Masuk Neraka? Apakah jika orang tua masuk neraka, anak akan ikut orang tua pula? Ingatlah antara surga dan neraka bukanlah dalam satu hukum yang sama. Neraka adalah tempat ditetapkannya hukum keadilan sedangkan masuk surga itu karena karunia Allah, pen.. Termasuk keadilan adalah Allah akan memberikan hukuman kepada seorang hamba karena dosa. Makanya dikatakan dalam ayat di atas bahwa amalan setiap orang akan tergadai. Artinya, setiap orang tidaklah mewariskan dosa pada lainnya dan seseorang tidaklah memikul dosa lainnya. Lihat penjelasan Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya. Anak Jadi Penyejuk Mata di Surga Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim karya Imam Ibnu Katsir, Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, “Allah akan mengangkat derajat dari keturunan seorang mukmin, walaupun anak keturunannya kalah dalam beramal. Hal ini punya tujuan untuk jadi penyejuk mata bagi orang tuanya.” Apa Berkah Orang Tua dan Apa Manfaat dari Anak? Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa ayat ini menunjukkan bagaimanakah berkahnya amal orang tua terhadap anak. Adapun manfaat dari anak terhadap orang tuanya adalah ia terus mendoakan orang tuanya. Ada hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad shahih menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini, “Allah meninggikan derajat seorang hamba yang shalih di surga.” Lantas ia berkata, “Wahai Rabbku, apakah surga ini untukku?” Dijawab, “Engkau masuk surga berkat permintaan ampun dari anakmu untukmu.” Pelajaran yang Dipetik Anak akan ditolong dengan keshalihan orang tuanya, walau anak tersebut belum bisa menyamai keimanan orang tua. Berkah dari orang tua yang beriman dan shalih adalah bisa mengangkat derajat anaknya di surga sehingga sama derajatnya dengan orang tua. Berkah dari anak shalih adalah selalu mendoakan orang tua dengan doa ampunan. Sekeluarga bisa masuk surga dan sederajat asalkan beriman dan bertauhid. Setiap amal manusia tidak akan dikurangi dan disia-siakan. Setiap orang tergadai dengan amalnya, yaitu tidak akan menanggung dosa dari lainnya. Semoga setiap orang tua dibekali keimanan dan kita pun dikaruniai anak yang menjadi penyejuk mata. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad, hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Referensi Tafsir Ath-Thabari karya Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim karya Ibnu Katsir, dan Tafsir As-Sa’di karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, aplikasi di iPad dikeluarkan oleh — Ditulis saat menjelang Shubuh pada penerbangan pulang dengan Saudia Airlines, 13 Shafar 1440 H Senin, 22 Oktober 2018, perjalanan Jeddah – Jakarta Oleh Muhammad Abduh Tuasikal
Assalamu alaikum wr. terhormat redaksi Bahtsul Masail NU Online. Kami mendengar salah seorang ustadz yang menyatakan bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad SAW termasuk penghuni neraka. Bagaimana pandangan agama perihal ini? Terima kasih atas penjelasannya. Wassalamu alaikum wr. wb. Khalid/JakartaJawabanAssalamu alaikum wr. dan pembaca yang budiman. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya untuk kita semua. Pertama sekali, kami harus mengatakan bahwa ini merupakan masalah ikhtilaf di kalangan pendapat perihal nasib orang tua Nabi Muhammad SAW tidak hanya melibatkan satu bidang kajian keislaman. Ini merupakan masalah pelik yang melibatkan perbedaan pendapat di kalangan ahli hadits, ahli kalam, dan juga ahli tafsir. Bahkan di kalangan ahli tafsir sendiri perbedaan pendapat juga tidak bisa ulama yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW adalah penduduk neraka kelak di akhirat. Mereka menyandarkan pendapatnya pada dua hadits yang diriwayatkan di dalam kitab Jamuis Shahih Muslim sebagai riwayat Anas bin Malik RA menceritakan sebagai أنس * أن رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم يا رسول الله أين أبي قال في النار قال أَنّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللّهِ، أَيْنَ أَبِي؟ قَالَ فِي النّارِ. فَلَمّا قَفّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النّارِArtinya, "Salah seorang sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, di manakah kini ayahku?’ Nabi Muhammad SAW menjawab, Di neraka.’ Ketika orang itu berpaling untuk pergi, Nabi Muhammad SAW memanggilnya lalu berkata, Sungguh, ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka,’” HR Muslim.Sementara hadits riwayat Abu Hurairah RA yang mendukung pendapat pertama ini berbunyi sebagai النّبِيّ صلى الله عليه وسلم قَبْرَ أُمّهِ. فَبَكَىَ وَأَبْكَىَ مَنْ حَوْلَهُ. فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأذِنَ لِيArtinya, "Nabi Muhammad SAW menziarahi makam ibunya. Di sana Beliau SAW menangis sehingga para sahabat di sekitarnya turut menangis. Rasulullah SAW mengatakan, Kepada Allah Aku sudah meminta izin untuk memintakan ampun bagi ibuku, tetapi Allah tidak mengizinkanku. Lalu Aku meminta kepada-Nya agar Aku diizinkan menziarahi makam ibuku, alhamdulillah Dia mengizinkanku," HR Muslim.Oleh sebagian ulama hadits, dua riwayat ini dipahami secara harfiah. Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah Muslim yang ditulisnya secara jelas memaknai hadits tersebut secara رجلا قال يا رسول الله أين أبي قال في النار فلما قفى دعاه فقال إن أبي وأباك في النار فيه أن من مات على الكفر فهو في النار ولا تنفعه قرابة المقربين وفيه أن من مات في الفترة على ما كانت عليه العرب من عبادة الأوثان فهو من أهل النار وليس هذا مؤاخذة قبل بلوغ الدعوة فان هؤلاء كانت قد بلغتهم دعوة ابراهيم وغيره من الأنبياء صلوات الله تعالى وسلامه عليهم وقوله صلى الله عليه و سلم أن أبي وأباك في النار هو من حسن العشرة للتسلية بالاشتراك في المصيبة ومعنى قوله صلى الله عليه و سلم قفي ولى قفاه منصرفا Artinya, “Pengertian hadits Seorang lelaki bertanya, Wahai Rasulullah, di manakah kini ayahku?’ dan seterusnya, menunjukkan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan kufur bertempat di neraka. Kedekatan kerabat muslim tidak akan memberikan manfaat bagi mereka yang mati dalam keadaan kafir. Hadits ini juga menunjukkan bahwa mereka yang meninggal dunia di masa fatrah masa kosong kehadiran rasul dalam keadaan musyrik yakni menyembah berhala sebagaimana kondisi masyarakat Arab ketika itu, tergolong ahli neraka. Kondisi fatrah ini bukan berarti dakwah belum sampai kepada mereka. Karena sungguh dakwah Nabi Ibrahim AS, dan para nabi lainnya telah sampai kepada mereka. Sedangkan ungkapan Sungguh, ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka’ merupakan ungkapan solidaritas dan empati Rasulullah SAW yang sama-sama terkena musibah seperti yang dialami sahabatnya perihal nasib orang tua keduanya. Ungkapan Rasulullah SAW Ketika orang itu berpaling untuk pergi’ bermakna beranjak meninggalkan Rasulullah SAW.” Lihat Imam An-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, Dar Ihyait Turats Al-Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1392 H. Sementara ulama lain menilai hadits ini telah dimansukh direvisi oleh riwayat Sayidatina Aisyah RA. Dengan demikian kedua orang tua Rasulullah SAW terbebas sebagai penghuni neraka seperti keterangan hadits yang telah dimansukh seperti keterangan Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam karyanya Ad-Dibaj Syarah Shahih Muslim Ibnil أبو بكر بن أبي شيبة وزهير بن حرب قالا حدثنا محمد بن عبيد عن يزيد بن كيسان عن أبي حازم عن أبي هريرة قال زار النبي صلى الله عليه و سلم قبر أمه الحديث قال النووي هذا الحديث وجد في رواية أبي العلاء بن ماهان لأهل المغرب ولم يوجد في روايات بلادنا من جهة عبد الغافر الفارسي ولكنه يوجد في أكثر الأصول في آخر كتاب الجنائز ويضبب عليه وربما كتب في الحاشية ورواه أبو داود والنسائي وابن ماجة قلت قد ذكر بن شاهين في كتاب الناسخ والمنسوخ أن هذا الحديث ونحوه منسوخ بحديث إحيائها حتى آمنت به وردها الله وذلك في حجة الوداع ولي في المسألة سبع مؤلفاتArtinya, “Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW menziarahi makam ibunya dan seterusnya. Menurut Imam An-Nawawi, Hadits ini terdapat pada riwayat Abul Ala bin Mahan penduduk Maghrib, tetapi tidak terdapat pada riwayat orang-orang desa kami dari riwayat Abdul Ghafir Al-Farisi. Namun demikian hadits ini terdapat di kebanyakan ushul pada akhir Bab Jenazah dan disimpan. Tetapi terkadang ditulis di dalam catatan tambahan. Hadits ini diiwayatkan Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.’ Hemat saya jelas, Ibnu Syahin menyebutkan di dalam kitab Nasikh dan Mansukh bahwa hadits ini dan hadits yang semakna dengannya telah dimansukh oleh hadits yang menerangkan bahwa Allah menghidupkan kembali ibu Rasulullah sehingga ia beriman kepada anaknya, lalu Allah mewafatkannya kembali. Ini terjadi pada Haji Wada’. Perihal masalah ini saya telah menulis tujuh kitab,” Lihat Abdurrahman bin Abu Bakar, Abul Fadhl, Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Dibaj Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj.Kedua, ulama yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasulullah terbebesa dari siksa neraka karena menurut mereka, kedua orang tua Rasulullah terbilang ahli fatrah. Kalangan Asy-ari menempatkan ahli fatrah sebagai kalangan yang terbebas dari tuntutan tauhid karena tidak ada rasul yang membimbing menurut kalangan Muktazilah dan sebagian ulama Maturidiyah, orang-orang ahli fatrah yang wafat dalam keadaan musyrik termasuk penghuni neraka. Karena bagi mereka, manusia tanpa diutus seorang rasul sekalipun semestinya memilih tauhid melalui daya akal yang dianugerahkan Allah kepadanya. Berikut ini perbedaan pendapat yang bisa kami هل يكتفي بدعوة أي رسول كان ولو آدم أو لا بد من دعوة الرسول الذي أرسل إلى هذا الشخص. والصحيح الثاني. وعليه فأهل الفترة ناجون وإن غيروا و بدلوا وعبدوا الأوثان. وإذا علمت أن أهل الفترة ناجون علمت أن أبويه صلى الله عليه وسلم ناجيان لكونهما من أهل الفترة بل هما من أهل الإسلام لما روي أن الله تعالى أحياهما بعد بعثة النبي صلى الله عليه وسلم فآمنا به... ولعل هذا الحديث صح عند بعض أهل الحقيقة... وقد ألف الجلال السيوطي مؤلفات فيما يتعلق بنجاتهما فجزاه الله “Ulama berbeda pendapat perihal ahli fatrah. Apakah kehadiran rasul yang mana saja sekalipun Nabi Adam AS yang jauh sekali dianggap cukup bahwa dakwah telah sampai bagi masyarakat musyrik Mekkah atau mengharuskan rasul secara khusus yang berdakwah kepada kaum tertentu? Menurut kami, yang shahih adalah pendapat kedua. Atas dasar itu, ahli fatrah selamat dari siksa neraka meskipun mereka mengubah dan mengganti keyakinan mereka, lalu menyembah berhala. Kalau ahli fatrah itu terbebas dari siksa neraka, tentu kita yakin bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW selamat dari neraka karena keduanya termasuk ahli fatrah. Bahkan keduanya termasuk pemeluk Islam berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Allah menghidupkan keduanya setelah Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul sehingga keduanya berkesempatan mengucapkan dua kalimat syahadat. Riwayat hadits ini shahih menurut sebagian ahli hakikat. Syekh Jalaluddin As-Suyuthi menulis sejumlah kitab terkait keselamatan kedua orang tua Rasulullah SAW di akhirat. Semoga Allah membalas kebaikan Syekh Jalaluddin atas karyanya,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri ala Matnis Sanusiyyah, Dar Ihya’il Kutub Al-Arabiyyah, Indonesia, Halaman 14.Pandangan Asy-ariyah seperti Syekh Al-Baijuri ini kemudian dikutip oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam karyanya Nuruz Zhalam Syarah Aqidatil Awam sebagai الباجوري فالحق الذي نلقى الله عليه أن أبويه صلى الله عليه وسلم ناجيان على أنه قيل أنه تعالى أحياهما حتي آمنا به ثم أماتهما لحديث ورد في ذلك وهو ما روي عن عروة عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سأل ربه أن يحيي له أبويه فأحياهما فآمنا به ثم أماتهما. قال السهيلي والله قادر على كل شيء له أن يخص نبيه بما شاء من فضله وينعم عليه بما شاء من “Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengatakan, Yang benar adalah bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW selamat dari siksa neraka berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT menghidupkan kembali kedua orang tua Rasulullah SAW sehingga keduanya beriman kepada anaknya, lalu Allah SWT mewafatkan kembali keduanya. Sebuah riwayat hadits dari Urwah dari Sayidatina Aisyah RA menyebutkan bahwa Rasululah SAW memohon kepada Allah SWT untuk menghidupkan kedua orang tuanya sehingga keduanya beriman kepada anaknya, lalu Allah SWT mewafatkan kembali keduanya. As-Suhaili berkata bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu, termasuk mengistimewakan karunia-Nya dan melimpahkan nikmat-Nya kepada kekasih-Nya Rasulullah SAW sesuai kehendak-Nya,” Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Syarah Nuruzh Zhalam ala Aqidatil Awam, Karya Toha Putra, Semarang, Tanpa Tahun, Halaman 27.Pandangan Asy-ariyah ini didukung oleh Surat Al-Isra ayat 15. Menurut mereka, kedua orang tua Rasulullah SAW terbilang ahli fatrah. Ahli fatrah terbebas dari hokum sebagaimana keterangan Surat Al-Isra ayat 15. Berikut ini kami kutip Tafsir As-Sa’di perihal Surat Al-Isra ayat اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا . أي هداية كل أحد وضلاله لنفسه لا يحمل أحد ذنب أحد، ولا يدفع عنه مثقال ذرة من الشر، والله تعالى أعدل العادلين لا يعذب أحدا حتى تقوم عليه الحجة بالرسالة ثم يعاند الحجة. وأما من انقاد للحجة أو لم تبلغه حجة الله تعالى فإن الله تعالى لا يعذبه. واستدل بهذه الآية على أن أهل الفترات وأطفال المشركين، لا يعذبهم الله حتى يبعث إليهم رسولا لأنه منزه عن “’Siapa saja yang menerima petunjuk, sungguh ia menunjuki dirinya sendiri. Tetapi siapa yang tersesat, maka sunguh ia menyesatkan dirinya sendiri. Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Kami juga takkan menyiksa hingga Kami mengutus seorang rasul,’ Surat Al-Isra Ayat 15. Maksudnya, petunjuk seseorang dan kesesatan untuk dirinya sendiri. Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Seseorangpun tidak akan bisa menghapus dosa orang lain meski sekecil zarrah. Allah adalah seadil-adilnya hakim. Ia takkan menyiksa seorang pun hingga Dia menegakkan hujjah kerasulan, kemudian yang bersangkutan mengingkarinya. Sedangkan orang yang tunduk pada hujjah kerasulan atau hujjah Allah itu belum sampai kepadanya, maka Allah takkan menyiksanya. Ayat ini menjadi dalil bahwa ahli fatrah dan anak-anak orang musyrik takkan disiksa oleh Allah hingga Ia mengutus seorang rasul-Nya. Karena Allah mahasuci untuk berlaku aniaya,” Lihat Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Taysirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, Beirut, Muassasatur Risalah, 2002 M/1423 H, halaman 455.Dari pelbagai keterangan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ulama berbeda pendapat perihal ini. Hanya saja untuk warga NU yang mengakui pandangan Asy-ari dan Maturidi, kami menyarankan untuk mengikuti pandangan guru kita yang terdekat, yaitu Syekh Ibrahim Al-Baijuri dan Syekh M Nawawi Banten. Di samping mendalami fikih, keduanya juga memiliki otoritas untk berbicara masalah kalam melalui karya-karya keduanya di bidang kalam. Pendapat kedua dipilih untuk menjaga adab kita terhadap Rasulullah SAW. Wallahu a’lam bis kami jangan sampai perbedaan pendapat dalam masalah ini menyebabkan kita sesama orang awam saling menyalahkan satu sama lain atau bahkan meremehkan ulama besar yang berbeda pendapat dengan kita. Kalau ulama berbeda pendapat, biarkan saja. Itu urusan para ulama. Kita sebagai orang awam baiknya mengambil diam jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para muwaffiq ila aqwamith thariqWassalamu ’alaikum wr. wb.Alhafiz Kurniawan
Pro kontra masalah status kedua orang tua Nabi akhir-akhir ini menjadi buah bibir media sosial. Sebagai seorang muslim, mari kita semua menimbangnya dengan dalil bukan dengan perasaan semata. Mari cermati dua hadits yang merupakan landasan dasar masalah iniDalil pertamaعَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِيْ؟ قَالَ فِي النَّارِ. فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِDari Anas, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, di manakah tempat ayahku yang telah meninggal sekarang berada?” Beliau menjawab, “Di neraka.” Ketika orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata, “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka” HR. Imam Muslim dalam Shahîh-nya 203.Dalil Keduaعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a قَالَ زَارَ النَّبِيُّ n قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِيْ أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِيْ وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِيْ أَنْ أَزُوْرَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِيْ فَزُوْرُوْا الْقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَDari Abu Hurairah berkata, “Nabi pernah menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis dan membuat orang yang berada di sampingnya juga turut menangis kemudian beliau bersabda, Saya tadi meminta izin kepada Rabbku untuk memohon ampun baginya ibunya tetapi saya tidak diberi izin, dan saya meminta izin kepada-Nya untuk menziarahi kuburnya ibunya kemudian Allah memberiku izin. Berziarahlah karena ziarah kubur dapat mengingatkan kematian.’” HR. Imam Muslim dalam Shahîh-nya 976–977.Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata mengomentari hadits ini“Ketahuilah wahai saudaraku seislam bahwa sebagian manusia sekarang dan sebelumnya juga, mereka tidak siap menerima hadits shahih ini dan tidak mengimani kandungannya yang menegaskan kufurnya kedua orangtua Nabi. Bahkan sebagian kalangan yang dianggap sebagai tokoh Islam mengingkari hadits ini berikut kandungannya yang sangat saya, pengingkaran seperti ini pada hakikatnya juga tertuju kepada Rasulullah yang telah mengabarkan demikian, atau minimal kepada para imam yang meriwayatkan hadits tersebut dan menshahihkannya. Dan ini merupakan pintu kefasikan dan kekufuran yang nyata karena berkonsekuensi meragukan kaum muslimin terhadap agama mereka, sebab tidak ada jalan untuk mengenal dan memahami agama ini kecuali dari jalur Nabi sebagaimana tidak samar bagi setiap mereka sudah tidak mempercayainya hanya karena tidak sesuai dengan perasaan dan hawa nafsu mereka maka ini merupakan pintu yang lebar untuk menolak hadits-hadits shahih dari Nabi. Sebagaimana hal ini terbukti nyata pada kebanyakan penulis yang buku-buku mereka tersebar di tengah kaum muslimin seperti al-Ghazali, al-Huwaidi, Bulaiq, Ibnu Abdil Mannan, dan sejenisnya yang tidak memiliki pedoman dalam menshahihkan dan melemahkan hadits kecuali hawa nafsu mereka ketahuilah wahai saudaraku muslim yang sayang terhadap agamanya bahwa hadits-hadits ini yang mengabarkan tentang keimanan dan kekufuran seseorang adalah termasuk perkara ghoib yang wajib untuk diimani dan diterima dengan bulat. Allah berfirmanالٓمٓ ﴿١﴾ ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾“Alif lâm mîm. Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka” QS. al-Baqarah [2] 1–3وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍۢ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـٰلًۭا مُّبِينًۭا ﴿٣٦﴾“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” QS. al-Ahzâb [33] 36Maka berpaling darinya dan tidak mengimaninya berkonsekuensi dua hal yang sama-sama pahit rasanya. Pertama Mendustakan Nabi. Kedua Mendustakan para perawi hadits yang tatkala menulis ini, saya tahu betul bahwa sebagian orang yang mengingkari hadits ini atau memalingkan maknanya dengan maka yang batil seperti as-Suyuthi—semoga Allah mengampuninya—adalah karena terbawa oleh sikap berlebih-lebihan dalam mengagungkan dan mencintai Nabi, sehingga mereka tidak terima bila kedua orangtua Nabi seperti yang dikabarkan oleh Nabi, seakan-akan mereka lebih sayang kepada orangtua Nabi daripada Nabi sendiri!!!” Silsilah al-Ahâdits ash-Shahîhah no. 2592Sebenarnya ucapan para ulama salaf tentang aqidah ini banyak sekali. Namun, cukuplah kami nukil di sini ucapan al-Allamah Ali bin Sulthan Ali al-Qari,“Telah bersepakat para ulama salaf dan khalaf dari kalangan sahabat, tabi’in, imam empat, dan seluruh ahli ijtihaj akan hal itu kedua orangtua Nabi di neraka tanpa ada perselisihan orang setelah mereka. Adapun perselisihan orang setelah mereka tidaklah mengubah kesepakatan ulama salaf.” Adillah Mu’taqad Abi Hanifah fi Abawai Rasul, hlm. 84.Kalau ada yang mengatakan bahwa keyakinan/aqidah bahwa kedua orangtua Nabi di neraka termasuk kurang adab terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi jawabBeradab terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang sebenarnya adalah mengikuti perintahnya dan membenarkan haditsnya, sedang kurang adab terhadap Rasulullah adalah apabila menyelisihi petunjuknya dan menentang haditsnya. Allah berfirmanيَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌۭ ﴿١﴾“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” QS. al-Hujurât 1Alangkah bagusnya perkataan Syaikh Abdurrahman al-Yamani tatkala mengomentari hadits ini, “Seringkali kecintaan seseorang tak dapat dikendalikan sehingga dia menerjang hujjah serta memeranginya. Padahal orang yang diberi taufik mengetahui bahwa hal itu berlawanan dengan mahabbah cinta yang disyari’atkan. Wallahul Musta’an”.Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini berkata, “Termasuk kegilaan, bila orang yang berpegang teguh dengan hadits-hadits shahih disifati dengan kurang adab. Demi Allah, seandainya hadits tentang Islamnya kedua orangtua Nabi shahih, maka kami adalah orang yang paling berbahagia dengannya. Bagaimana tidak, sedangkan mereka adalah orang yang paling dekat dengan Nabi yang lebih saya cintai daripada diriku ini. Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan. Tetapi kita tidaklah membangun suatu ucapan yang tidak ada dalilnya yang shahih. Sayangnya, banyak manusia yang melangkahi dalil shahih dan menerjang hujjah. Wallahul Musta’an” Lihat Majalah at-Tauhîd, Mesir, edisi 3/Rabi’ul Awal 1421 hlm. 37.***Penulis Ust. Abu Ubaidah Yusuf As SidawiArtikel
JAKARTA – Ada sekian banyak hadis yang mengandung informasi bahwa ibu dan ayah Nabi Muhammad SAW akan masuk neraka, atau bahwa Nabi meminta izin kepada Allah agar keduanya diampuni namun Allah menolak. Benarkah demikian?Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW enggan menghidangkan riwayat-riwayat tersebut. Bukan saja karena kalau pun benar, menguraikannya pasti menyedihkan Nabi SAW. Maka sangat wajar apabila mempertanyakan para perawi atau siapapun yang membenarkan riwayat itu tentang firman Allah. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Isra ayat 15, “Wa maa kunnaa muadzzibina hatta nab’atsa Rasulan,”. Yang artinya, “Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul,”.Dijelaskan bahwa bagaimana mungkin kedua orang tua Nabi Muhammad SAW disiksa oleh Allah SWT sedangkan keduanya sebelum wafat sebelum Nabi diutus Allah menjadi Rasul? Bahkan seluruh masyarakat yang wafat sebelum Nabi SAW diutus sewajarnya mendapat kemurahan Allah itu. Allah berfirman dalam Alquran Surah Ad-Dhuha ayat 5, “Walasaufa yu’thika Rabbuka fatardha,”. Yang artinya, “Kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu puas hati,”. Prof Quraish menekankan bahwa tentu saja Nabi SAW akan puas hati antara lain jika ibu dan ayah beliau bersamanya di surga nanti.
hadits orang tua masuk neraka karena anaknya